
Manokwari (Beritapagi) – Angelina Magal, siswa kelas XI IPA SMA Swasta Katolik Villanova Manokwari, Papua Barat, tak pernah membayangkan bisa menginjakkan kaki di Kuala Lumpur, Malaysia. Anak dari pasangan Habek Magal dan Tina Jawame yang berasal dari Kampung Minigoma-Tsinga, sebuah kampung terpencil di Distrik Tembagapura, Mimika, ini bersekolah di SMAS Villanova Manokwari berkat beasiswa dari Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), lembaga yang mengelola dana kemitraan dengan PT Freeport Indonesia.
Pada 21-26 September 2024, Angelina menjadi salah satu peserta dari Manokwari yang mengikuti ajang World Invention Competition & Exhibition (WICE) yang digelar oleh MAHSA University, Malaysia. Dalam kompetisi yang diikuti oleh peserta dari 18 negara ini, empat kelompok pelajar Manokwari meraih medali emas dari MICA Award, dengan SMAS Katolik Villanova mengutus dua peserta, termasuk Angelina dan Edgar Baskoro Patiselanno.
Angelina dan timnya berhasil mempresentasikan karya ilmiah berjudul OPFIT (Gelatin Cladding Based Optical Fiber Sensor for Detection of Micro-plastic Concentration in Seawater), yang mendapatkan skor tertinggi di hadapan dewan juri. Dalam presentasi tersebut, mereka memperkenalkan alat untuk mendeteksi mikroplastik di laut, sebuah masalah lingkungan yang kini semakin mendesak.
Angelina mengungkapkan bahwa mereka melakukan observasi lapangan di Pulau Lemon dan Pulau Mansinam, yang mengungkapkan betapa banyaknya sampah plastik yang mencemari perairan sekitar kedua pulau tersebut. “Sampah plastik yang dibuang ke laut tidak bisa terurai, tapi akan hancur menjadi partikel mikroplastik yang dikonsumsi oleh ikan dan habitat laut lainnya. Saat ikan tersebut dikonsumsi manusia, mikroplastik itu akan meracuni tubuh kita dan sangat berbahaya bagi kesehatan,” jelas Angelina.
Bimbingan Khusus dari Yayasan Terang Papua
Sekitar 20 pelajar dari berbagai SMA di Manokwari mendapatkan bimbingan khusus dari Yayasan Terang Papua untuk mengikuti kompetisi sains internasional. Mereka dilatih selama 6-7 bulan di bawah bimbingan Yayasan Terang Papua dan dilanjutkan di Surabaya oleh Pak Budi, mentor dari Yayasan Sejahtera Barokah Indonesia. “Awalnya kami sulit beradaptasi, tetapi berkat dorongan dari Pater (Kepala SMAS Katolik Villanova Manokwari) dan berbagai pihak lainnya, kami bisa meraih prestasi terbaik,” ujar Angelina, yang bercita-cita menjadi penyiar.
Selain itu, Angelina juga berharap semakin banyak anak-anak dari suku Amungme dan Kamoro, serta anak-anak asli Papua, yang mendapat kesempatan untuk bersekolah dan menikmati pendidikan berkualitas dengan dukungan penuh dari YPMAK dan PT Freeport Indonesia.
Keberhasilan dalam Pendidikan Asrama
Sejak SD, Angelina sudah mendapatkan beasiswa dari YPMAK dan menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) di Timika. Di SMAS Villanova Manokwari, yang merupakan sekolah berasrama yang dikelola oleh para pastor biara Santo Agustinus, ia mengaku sangat senang. “Sekolah di Villanova menyenangkan karena kami tinggal di asrama, bisa mengenal Pater dan Suster (pembina asrama), dan bertemu banyak teman dari berbagai daerah,” katanya.
Sekolah ini memiliki pola kehidupan yang disiplin. “Kami bangun jam 04.00 WIT, mengikuti ibadah di kapel, lalu sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah,” tuturnya.
Peran YPMAK dalam Pendidikan Anak Papua
Sekolah SMAS Villanova Manokwari menjalin kemitraan dengan YPMAK sejak 2023 untuk mendidik anak-anak asli Papua dari suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Pada awalnya, YPMAK mengirim 53 siswa, namun yang bertahan hanya 22 orang. Pada 2024, YPMAK mengirim 10 siswa lagi, namun hanya 9 yang bertahan.
“Anak-anak yang kami kirimkan mendapat perhatian khusus dari sekolah, tetapi perlakuan mereka setara dengan siswa lainnya,” kata Kepala Sekolah SMAS Villanova, RP Stevanus Alo OSA. Para siswa ini berhasil beradaptasi dengan baik dan bahkan memiliki prestasi akademik yang memuaskan. “Dari 22 siswa angkatan pertama, 18 memiliki prestasi akademik bagus dan perilaku moral yang baik,” ujar Pastor Stev.
Prestasi Alumni SMAS Villanova
Sejak didirikan pada 2010, SMAS Villanova Manokwari telah menghasilkan banyak alumni berprestasi. Beberapa di antaranya menjadi dokter, pilot, dan bekerja di luar negeri, seperti di Amerika Serikat, Jerman, Swis, dan Selandia Baru. Sekolah ini juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa universitas ternama, termasuk Unika Atma Jaya Jakarta, Universitas Indonesia, dan Universitas Petra Surabaya, memberikan kesempatan kepada lulusan untuk melanjutkan pendidikan mereka dengan potongan biaya.
Pastor Stev menambahkan, “Dengan kesungguhan, doa, dan usaha, sekolah di Papua tidak kalah bersaing dengan sekolah-sekolah unggulan lainnya di Indonesia. Kami telah membuktikan itu selama 15 tahun.”
Penekanan pada Spiritualitas dan Pendidikan Berkualitas
SMAS Villanova Manokwari menekankan pentingnya spiritualitas Santo Agustinus, yang mengutamakan persaudaraan, cinta kasih, dan kerendahan hati dalam pendidikan. Meskipun bukan berlatar belakang pendidikan formal, para pendidik di sekolah ini terus berusaha memperbaiki diri melalui studi banding dan pembelajaran berkelanjutan.
Dengan fasilitas lengkap, seperti laboratorium kimia, fisika, biologi, bahasa, dan komputer, SMAS Villanova berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak Papua. Dana untuk fasilitas ini sebagian besar berasal dari donatur dalam dan luar negeri, termasuk pemerintah daerah.
Pesan untuk Anak Papua
Angelina, yang kini telah berhasil mencapai prestasi gemilang, berpesan kepada anak-anak Papua untuk tidak menyerah meski menghadapi tantangan. “Keberhasilan itu butuh proses, usaha, dan kerja keras. Jangan pernah menyerah di tengah jalan,” ujarnya.
Dengan dukungan berbagai pihak, termasuk Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) serta PT Freeport Indonesia, diharapkan semakin banyak anak-anak Papua yang dapat meraih kesuksesan dan menginspirasi generasi mendatang untuk mengikuti jejak mereka.