
JAKARTA, Beritapagi – Beberapa hari terakhir, cuaca di kawasan Jabodetabek dan Jawa bagian barat didominasi oleh langit yang lebih banyak berawan. Meskipun sempat dikhawatirkan hujan dengan intensitas tinggi akan kembali terjadi, seperti yang menyebabkan banjir parah pekan lalu, kondisi cuaca saat ini justru menunjukkan tanda-tanda yang lebih stabil.
Menurut peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, kondisi cuaca ini sesuai dengan prediksi sebelumnya yang menggunakan model cuaca Kamajaya yang dikembangkan oleh BRIN. Sebelumnya, telah diprediksi bahwa potensi hujan ekstrem hanya akan terjadi pada dasarian pertama Maret, dan kemungkinan hujan serupa akan kembali terjadi pada dasarian pertama April mendatang.
Erma menjelaskan bahwa semua faktor yang dapat memicu hujan intensitas tinggi telah menjauh dari wilayah Jabodetabek. “Faktor-faktor yang dapat memicu cuaca ekstrem, seperti Gelombang Kelvin dan Rossby, sudah tidak lagi ada di wilayah tersebut,” katanya pada Jumat sore, 14 Maret 2025.
Profesor riset di bidang klimatologi ini lebih lanjut merinci bahwa pertemuan antara gelombang Kelvin dan Rossby yang sebelumnya ada di sekitar Jabodetabek kini telah menjauh. Selain itu, tidak ada indikasi adanya pembentukan awan massif di Samudra Hindia yang berpotensi menuju Jawa bagian barat. Bahkan, vorteks yang berada di selatan Samudra Hindia sudah bergerak ke tengah dan luntur setelah berubah menjadi Badai Tropis Ivonne.
Namun, Erma juga menambahkan bahwa hujan deras yang masih terjadi di beberapa bagian Jabodetabek dan Jawa bagian barat saat ini merupakan hujan lokal. “Sebagian besar awan hujan terbentuk di lautan, sehingga meskipun hujan terjadi, intensitasnya tidak tinggi di darat,” ujarnya.
Peringatan Dini untuk Akhir Maret dan Awal April
Meskipun cuaca relatif stabil saat ini, Erma memberi peringatan dini bahwa hujan dengan intensitas lebih tinggi diprediksi akan kembali terjadi pada dasarian pertama April. Kondisi ini akan semakin ekstrem pada akhir bulan April, atau sekitar dasarian ketiga, ketika curah hujan diperkirakan bisa mencapai 800-900 mm di kawasan Jabodetabek.
Sebagai gambaran, hujan dengan curah lebih dari 100 mm per hari sudah dikategorikan sebagai hujan lebat, sementara hujan dengan intensitas lebih dari 150 mm per hari bisa disebut hujan ekstrem.
Erma menjelaskan bahwa pada bulan April, angin dari utara diperkirakan akan menguat secara kontinyu. Hal ini dipicu oleh pembentukan vorteks di Samudra Hindia bagian barat daya Jawa Barat. Efek ini akan semakin diperkuat dengan pertemuan antara gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby.
“Faktor-faktor ini diperkirakan akan mengulang kondisi cuaca ekstrem yang terjadi pada awal Maret lalu,” kata Erma. Ia menambahkan bahwa kombinasi beberapa gelombang atmosfer, bersama dengan angin dari utara yang terbentuk secara lokal di utara Jakarta, akan kembali memicu cuaca ekstrem, terutama pada akhir April nanti.