
Jakarta, Beritapagi – Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat, yang selama ini menjadi penopang utama stabilitas keuangan global, kini mulai dipertanyakan kemampuannya untuk terus menyediakan pendanaan dolar, terutama di tengah ketegangan pasar yang meningkat. Beberapa pejabat bank sentral dan pengawas Eropa mulai meragukan apakah mereka masih bisa mengandalkan The Fed, yang selama ini menjadi tulang punggung dalam penyediaan likuiditas dolar.
Menurut enam sumber yang mengetahui masalah ini, meskipun The Fed belum memberikan indikasi bahwa mereka akan menghentikan pendanaan dolar, diskusi di Eropa menunjukkan adanya keraguan baru mengenai jaminan yang selama ini diberikan. Kekhawatiran ini mulai mencuat seiring dengan kebijakan-kebijakan luar negeri yang diambil oleh pemerintahan Presiden Donald Trump, yang dianggap mengubah arah kebijakan AS secara drastis.
Presiden Trump dikenal dengan kebijakan yang sering bertentangan dengan tradisi lama AS, seperti menyuarakan dukungan terhadap Rusia, mempertanyakan komitmen AS terhadap keamanan Eropa, serta mengenakan tarif pada negara-negara sekutunya. Langkah-langkah ini, menurut beberapa pejabat Eropa, telah mengguncang kepercayaan terhadap kebijakan AS, termasuk dalam hal stabilitas pendanaan dolar yang selama ini menjadi andalan.
Dalam percakapan informal yang terjadi di beberapa forum Eropa, para pejabat Eropa mulai mempertimbangkan skenario di mana pemerintah AS bisa saja menekan The Fed untuk menghentikan atau menangguhkan dukungan dolar, yang selama ini menjadi penyangga utama dalam situasi pasar yang tertekan. Namun, meskipun diskusi ini berlangsung, sebagian besar pejabat bank sentral Eropa sepakat bahwa The Fed masih merupakan satu-satunya lembaga yang dapat menyediakan pendanaan dalam dolar dengan skala yang besar.
Sumber-sumber yang terlibat dalam percakapan ini, termasuk pejabat senior dari Bank Sentral Eropa (ECB) dan Uni Eropa, mengakui bahwa saat ini belum ada alternatif yang sebanding dengan peran The Fed. Meskipun ada ketegangan politik antara Eropa dan AS, tidak ada negara atau lembaga lain yang dapat menggantikan peran penting yang selama ini dimainkan oleh The Fed dalam menjaga stabilitas finansial global.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun ada ketidakpastian ini, The Fed sendiri belum memberikan indikasi bahwa mereka akan menghentikan atau mengurangi penyediaan pendanaan dalam dolar. Bank sentral ini tetap mempertahankan posisi sebagai pelindung utama stabilitas ekonomi dan keuangan global, dengan komitmen yang tak tergoyahkan untuk mengatasi dampak dari krisis keuangan yang bisa merembet ke AS.
Namun, kekhawatiran terhadap potensi perubahan dalam kebijakan The Fed semakin menguat. Beberapa pejabat Eropa mulai mencemaskan kemungkinan bahwa tekanan politik dari pemerintah AS, terutama terkait kebijakan luar negeri yang semakin proteksionis, dapat mengarah pada penurunan kerja sama internasional. Dalam hal ini, ECB dan bank-bank sentral lainnya di Eropa juga mengkaji potensi risiko yang dapat ditimbulkan jika dukungan dolar terhenti, yang bisa memiliki dampak besar terhadap sistem keuangan global.
Dolar AS, sebagai mata uang cadangan dunia, tetap menjadi andalan utama dalam perdagangan internasional dan arus modal. The Fed, yang secara rutin menyediakan akses likuiditas dalam dolar ke berbagai bank sentral dunia, termasuk ECB, memiliki peran yang sangat vital, terutama saat krisis finansial seperti yang terjadi pada 2023, ketika The Fed menyediakan miliaran dolar kepada bank sentral Swiss untuk membantu menyelamatkan Credit Suisse.
Namun, meskipun keraguan mulai muncul, banyak pejabat Eropa yang menilai bahwa kemungkinan The Fed untuk memangkas pendanaan dolar masih sangat kecil. Mereka tetap melihat The Fed sebagai sumber utama stabilitas, meskipun situasi politik yang ada dapat menambah ketidakpastian dalam hubungan internasional.
Sumber-sumber yang mengetahui percakapan ini menegaskan bahwa diskusi tentang potensi pengurangan kerja sama dalam pendanaan dolar ini bukanlah akibat dari sinyal yang dikeluarkan oleh The Fed, melainkan lebih kepada kecemasan atas perubahan dalam kebijakan pemerintah AS. Meskipun demikian, pembahasan ini terus berlanjut, terutama mengenai bagaimana negara-negara di Eropa dapat menanggulangi ketergantungan pada dolar AS dalam sistem keuangan global.