
Jakarta, Beritapagi – Harga batu bara mengalami penurunan tajam pada pekan ini, seiring dengan jatuhnya hampir semua harga sumber energi lainnya akibat kekhawatiran akan resesi global.
Berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara pada penutupan perdagangan Jumat (4/4/2025) tercatat sebesar US$ 98 per ton, turun sebesar 5,18%. Penurunan ini memperpanjang tren penurunan yang sudah terjadi dua hari sebelumnya, dengan harga batu bara turun 8,75% dalam tiga hari berturut-turut. Bahkan, harga penutupan tersebut menjadi yang terendah sejak 7 Mei 2021, hampir empat tahun lalu, saat dunia tengah dilanda pandemi Covid-19.
Sepanjang pekan ini, harga batu bara mengalami penurunan sebesar 5,31%, memperpanjang penurunan selama empat pekan berturut-turut. Selama tahun 2025, harga batu bara hanya menguat selama empat pekan, sementara di pekan-pekan lainnya harganya terus merosot.
Faktor Penyebab Penurunan Harga Batu Bara
Penurunan harga batu bara dipicu oleh dua faktor utama. Pertama, kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kedua, meningkatnya produksi batu bara global yang memengaruhi pasokan dan permintaan.
Trump baru saja mengumumkan pada Rabu (3/4/2025) bahwa AS akan mengenakan tarif minimal 10% terhadap 180 negara. Tarif ini lebih tinggi dari yang diperkirakan pasar, dan kebijakan ini memicu kekhawatiran bahwa perang dagang yang semakin memanas dapat mendorong resesi global, yang pada gilirannya menurunkan permintaan terhadap komoditas energi, termasuk batu bara.
Sebagai respons, China berencana membalas kebijakan tersebut dengan memberikan tarif 34% terhadap produk-produk asal AS. Ancaman perang tarif ini membuat pasar semakin khawatir akan penurunan permintaan energi secara global, yang berimbas pada anjloknya harga energi, mulai dari minyak hingga gas.
Penurunan Harga Energi Global
Tak hanya batu bara, harga energi lainnya juga turut terkoreksi tajam. Harga minyak merosot 6% pada perdagangan kemarin dan 10% dalam sepekan terakhir. Begitu pula dengan harga gas alam yang turun 7,7% kemarin dan 6% dalam sepekan. Harga gas di Eropa bahkan ambruk hingga 7,7% pada perdagangan kemarin dan lebih dari 10% dalam sepekan ini.
Batu bara, sebagai salah satu sumber energi substitusi, terpengaruh oleh fluktuasi harga energi lainnya, termasuk minyak dan gas. Hal ini menyebabkan harga batu bara ikut tergerus.
Meningkatnya Produksi Batu Bara Global
Selain faktor eksternal dari kebijakan tarif, peningkatan produksi batu bara global juga turut berkontribusi terhadap penurunan harga. Produsen batu bara terbesar di dunia, Tiongkok, berencana untuk meningkatkan produksinya sebesar 1,5% pada 2025 menjadi 4,82 miliar ton, setelah mencatatkan produksi tertinggi pada 2024. Sementara itu, Indonesia juga mencatatkan rekor produksi batu bara sebanyak 836 juta ton pada tahun lalu, melebihi target produksi yang ditetapkan.
India, sebagai salah satu negara besar pengimpor batu bara, juga mencatatkan tonggak sejarah dengan melewati produksi satu miliar ton batu bara pada 20 Maret 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 997,83 juta ton.
Penurunan Permintaan Batu Bara Global
Dari sisi permintaan, impor batu bara global pada kuartal I-2025 tercatat turun ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Negara-negara seperti Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan memangkas impor mereka lebih dari 10%, seiring dengan peningkatan penggunaan energi bersih yang semakin meluas. Impor Tiongkok, misalnya, turun sebanyak 18 juta ton, sementara India, Korea Selatan, dan Jepang juga mencatatkan penurunan signifikan dalam pembelian batu bara.
Namun, ada beberapa negara berkembang yang justru meningkatkan impor batu bara mereka, seperti Turki, Vietnam, dan Bangladesh. Meskipun begitu, dampak dari penurunan impor ini tetap menekan harga batu bara global.