
Pada Kamis (6/3/2025), Eiger Adventure Land (EAL) di Megamendung, Bogor, disegel oleh pemerintah karena melanggar aturan lingkungan terkait fungsi lahan. Pemerintah meminta pengelola untuk membongkar fasilitas wisata tersebut. Lantas, siapa sebenarnya yang memiliki Eiger Adventure Land?
Eiger Adventure Land: Dikelola PT Eigerindo Multi Produk Industri
Eiger Adventure Land (EAL) dikelola oleh PT Eigerindo Multi Produk Industri (MPI), yang dipimpin oleh Ronny Lukito, seorang pengusaha sukses di balik merek Eiger yang terkenal. EAL sendiri dirancang dengan konsep ekowisata berstandar internasional yang menekankan pentingnya kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada 17 Agustus 2021, EAL dibangun di atas lahan seluas 325 hektar dan mencakup berbagai fasilitas, termasuk sebuah jembatan gantung yang digadang-gadang menjadi yang terpanjang di dunia dengan panjang 535 meter. Jembatan gantung ini dirancang untuk melebihi panjang jembatan gantung terkenal seperti Arouca di Portugal (516 meter) dan Carles Kuonen di Pegunungan Alpen Swiss (490 meter). Proyek jembatan gantung ini sempat mendapatkan apresiasi dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno.
Kontroversi dan Penyesalan Gubernur Dedi Mulyadi
Namun, di balik ambisi besar untuk menciptakan destinasi wisata ikonik, EAL kini tengah menghadapi masalah serius. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang sebelumnya mendukung proyek ini, terlihat sangat emosional saat mengunjungi kawasan Puncak Bogor pada 6 Maret 2025. Dedi mengaku sangat kecewa dan merasa sedih melihat kerusakan alam yang terjadi akibat pembangunan EAL. Bahkan, saat melihat langsung kondisi alam yang rusak, Dedi tak kuasa menahan tangisnya.
“Lihat itu, jembatan gantungnya sudah ada, tapi malah melanggar aturan. Ada tanah yang terbelah hingga longsor,” ungkap Dedi, merujuk pada kerusakan yang terjadi di kawasan tersebut. Ia menyebutkan bahwa EAL hampir saja diresmikan olehnya, tetapi kini justru menjadi masalah besar.
Profil Ronny Lukito: Dari Pengusaha Tas ke Industri Pariwisata
Selain EAL, nama Ronny Lukito pun semakin menjadi sorotan. Lahir di Bandung pada 15 Januari 1962, Ronny adalah sosok yang mengubah merek Eiger menjadi salah satu brand perlengkapan petualangan terbesar di Indonesia.
Ronny adalah anak ketiga dari enam bersaudara dalam keluarga sederhana. Sejak muda, ia sudah membantu orang tuanya yang mengelola toko tas kecil. Setelah menamatkan Sekolah Teknologi Menengah (STM), Ronny bercita-cita melanjutkan studi ke perguruan tinggi, namun keterbatasan ekonomi memaksanya untuk bekerja keras membantu perekonomian keluarga. Ia sempat menjadi penjual susu keliling dan montir bengkel motor.
Pada tahun 1979, dengan modal dua mesin jahit dan bahan baku seadanya, Ronny mulai memproduksi tas dengan merek Butterfly, yang kemudian berubah menjadi Exxon. Namun, karena masalah hak cipta dengan Exxon Oil, merek ini diubah lagi menjadi Exsport. Pada 1989, Ronny meluncurkan Eiger, terinspirasi dari nama Gunung Eiger di Swiss, yang kemudian dikenal sebagai produsen perlengkapan petualangan outdoor seperti tas pendakian dan perlengkapan panjat tebing.
Eiger berkembang pesat, merambah pasar internasional pada tahun 1999, termasuk ke Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Cina, Vietnam, dan Korea Selatan. Di bawah PT Eigerindo Multi Produk Industri, Ronny juga meluncurkan merek lain seperti Bodypack dan Nordwand untuk menyasar pasar yang berbeda.
Saat ini, Eiger memiliki lebih dari 200 toko di seluruh Indonesia dan mempekerjakan ribuan karyawan. Berkat dedikasinya, Eiger meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk UPAKARTI dari pemerintah Indonesia dan Arch of Europe Gold Star Award for Quality.
Setelah sukses di dunia bisnis perlengkapan petualangan, Ronny memulai langkah baru dengan memasuki industri pariwisata. Ia terinspirasi untuk membangun ekowisata taman nasional setelah mengunjungi California pada 2012, yang akhirnya melahirkan proyek Eiger Adventure Land di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Penutupan EAL: Langkah Ke Depan
Keputusan pemerintah untuk menyegel Eiger Adventure Land menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya mematuhi regulasi lingkungan dalam setiap proyek pembangunan, terutama yang berhubungan dengan alam. Meskipun ambisi besar untuk menciptakan destinasi wisata unggulan, pengelola diharapkan lebih memperhatikan keseimbangan alam demi keberlanjutan ekosistem dan kepentingan masyarakat sekitar.
Dengan adanya penyegelan ini, masa depan EAL masih menjadi tanda tanya. Apakah proyek ini akan dilanjutkan atau justru dibongkar, hanya waktu yang bisa menjawab.